Spektrumnasional.com|| Pada saat itu 25 januari, menyelinap hati suatu rasa untuk memiliki, namun haru menyambut menyentuh relung jiwa yang hampir hampa tanpa makna,
Relung hati begitu hampa, tanpa rasa tanpa makna, memberi warna....
Yonta begitu tergaketkan oleh segerombolan ternak yang bergegas menyusuri tempat dimana ia duduk.
Ah ternyata ini hanya lamunan ku saja, katanya dalam hati, ternayata kisah pagi tadi membawaku terbayang jauh ke alam lamunan yang begitu indah,merubahku untuk jangan memenjarakan hati pada hati yang lupa bahwa ia telah dicintai oleh hati ini....
Yonta : “hei, apa kabar teman”
Muan : “kabar baik teman, apa kabar di kota sana” sambil menyodorkan tangannya ke Yonta untuk meraih tangan Yonta yang telah dari tadi sudah disodorkan
Yonta : “kamu kemana?”..tanya Yonta kepada Muan, dimana keduanya merupakan teman ketika masih kecil bersama dikampung, namun kini keduanya harus berpisah karena tanggung jawab dan takdir hidup membuat keduanya berpisah untuk berjuang masing-masing, Yonta harus bergegas ke Kota sedangkan Muan tetap dikampung mengais rezeki sebagai petani yang baik.
Muan : “aku hendak keladang, ada apa?” tanya Muan kepada Yonta“ kapan datangnya” Muan melanjutkan pertanyaannya
Yonta : “aku ingin engkau menemaniku sebentar saja” sambil menyodorkan segelas kopi, “aku tiba kemarin sore” yonta melanjutkan
Muan : “ah, terima kasih untuk tawarannya” sambil melangkah perlahan meraih kopi yang ditawarkan Yonta.“sehat-sehat ya”
Yonta: sehat-sehat teman.
Keduanya sambil menikmati kopi buatan Yonta lalu berbagi cerita dari pengalaman yang membuat suasana hati senang, sampai suasana hati menjadi haru.Ceritanya begitu indah sambil ditemani 2 gelas kopi dan sepiring keripik buatan mbak Asni yang setia menjajakan jualannya dipagi hari.
Tanpa sadar Yonta menjatuhkan air mata ketika Muan menceritakan si Wenta yang saat itu sudah tiada karena ia harus kehilangan nyawanya ketika ia di diagnosa memiliki virus Covid-19 dalam dirinya.
Yonta: “dimana teman kita itu dikebumikan” tanya Yonta kepada Muan,namun dari dalam bola mata keduanya sudah tak mampu untuk membendung air mata yang menandakan mereka telah kehilangan sesosok teman yang baik hati,
Muan : “di pekuburan umum khusus Covid-19” jawabnya sambil mengusap air mata yang hendak jatuh menyentuh bumi.
Yonta : “kawan tahu tempatnya” tanya Yonta penuh harap
Muan : “saya tahu tempatnya, tapi saya tidak tahu persis dimana teman kita itu dikuburkan, karena waktu itu tempat itu disterilkan untuk umum, takut virusnya menyebar kewarga yang lain” sambil menunjukan suatu area dimana teman mereka dikuburkan yang jaraknya kurang lebih 5 km, tempat itu mudah dilihat dari arah mereka duduk karena letaknya diatas bukit,
Yonta : “teman kita telah tenang dialam barunya, semoga keluarga yang ditinggalkan diberikan kekuatan dan ketabahan.... amin”
Muan: amin....
Keduanya melanjutkan cerita sambil menikmati kopi yang hampir terasa hambar ketika diselimuti oleh rasa duka yang mendalam, namun rasa penasaran dari Yonta semakin waktu semakin menjadi-jadi dimana ia ingin mengetahui kronologi dari teman mereka yang sampai meninggal karena covid-19,
Yonta : “teman tahu kronologinya, kenapa teman kita bisa terpapar covid-19” Yonta memberanikan diri untuk bertanya kepada temannya, ia berharap semoga Muan bisa memberikan suatu jawaban agar bisa mengobati rasa penasarannya
Muan : “kronologinya saya kurang tahu pasti, menurut cerita saudaranya, waktu itu ada acara keluarga dikota, jadi wenta meminta izin ke orang tuanya untuk menghadiri acara tersebut, dimana disana banyak sekali orang yang menghadiri acara tersebut” lalu Muan berhenti sejenak
Yonta : “Lalu” tanya Yonta semakin penasaran,
Muan : “lalu ia menginap beberapa hari disana, ketika ia hendak pulang ia sudah tidak enak badan, namun ia memaksakan diri untuk pulang kerumah, sebelum ia sampai dirumah ia melewati pos covid-19 yang dibatas kampung itu, waktu pemeriksaan suhu, suhu badannya diatas suhu rata-rata dan ia langsung diarahkan oleh petugas untuk istraha sejenak, anggapan petugas mungkin karena pengaruh faktor lelah karena menempuh perjalanan yang cukup jauh, tetapi setelah beberapa saat kemudian ia diarahkan untuk cek suhu lagi, namun keadaan suhunya tetap, bahkan semakin buruk lagi, lalu dari petugas mengarahkan teman kita wenta untuk cek up lengkap dirumah sakit, dimana dipos jaga itu telah ada mobil ambulance yang standby, lalu ia dibawa kerumah sakit oleh tim medis dengan penerapan protokol covid-19 lengkap, dan motornya disimpan di penjagaan itu” tutupnya.
Yonta : “lalu” tanya Yonta dengan harapan Muan melanjutkan cerita
Muan : untuk kronologi selanjutnya, saya belum tahu, mungkin nanti kita kerumahnya untuk tahu bersama dari keluarganya, saya hanya tahu sebatas itu, karena saya diminta bantuan untuk mengambil motor yang ditinggalkan wenta di pos penjagaan covid-19 itu” tutup Muan sambil mengelus dadanya.
Keduanya terdiam sejenak sambil melayangkan pandangan meraka jauhketempat dimana teman mereka dikebumikan, kisah hidup dari teman mereka wenta harus singkat, dimana keganasan covid-19 harus merebut teman mereka Wenta, memisahkan teman mereka dari keluarganya dan dari sahabat-sahabatnya, oh covid-19 begitu jahat. Ada begitu banyak orang harus kehilangan nyawa, dan ada begitu banyak orang harus ditinggalkan. Namun satu keyakinan semoga cobaan ini cepat berlalu, dan ketaatan terhadap penerapan protokol kesehatan yang dianjurkan pemerintah semoga bisa ditaati bersama untuk terus meminimalisir penyebaran covid-19 di negeri ini. Ada kabar mengembirakan bahwa penyebaran covid-19 terus ditekan, dan semoga mimpi untuk hidup normal kembali seperti dulu kala bisa terwujud, biar ada kisah indah yang kembali terukir untuk menjadi cerita kepada anak cucu kelak.....
