Spektrumnasional.com|| Bagaimana apakah kita mau lestarikan budaya lokal kita ataukah mau kehilangan identitas diri kita..? 

Dari pertanyaan diatas mengajak kita untuk merefleksikan diri masing-masing apakah mau lestarikan atau kehilangan jati diri, hanya karena kemajuan global yang begitu berkembang pesat. 

Budaya yang diartikan sebagai pikiran, akal budi, memiliki pikiran dan akal budi untuk memajukan diri. Penulis mengartikan bahwa budaya telah ada sejak manusia itu dilahirkan, mengapa ? "Karena sejak manusia itu dilahirkan Ia mulai mengenal dengan budaya hidup manusia, dari cara ibunya menyusuinya, merawatnya hingga anak itu mulai perlahan-lahan menyebut nama ibu dan ayahnya,". Dari sinilah kita tau bahwa manusialah sebagai pencipta kebudayaan. 

Kebudayaan merupakan keseluruhan sistem gagasan, tindakan serta hasil karya manusia untuk memenuhi kehidupan sehari-hari. 

Seperti yang dikemukakan oleh Koentjoroningrat menyatakan bahwa kebudayaan itu adalah keseluruhan kelakuan dan hasil kelakuan manusia, yang diatur oleh tata kelakuan yang harus didapatkannya dengan belajar dan semuanya tersusun dalam kehidupan masyarakat. 

Melihat kemajuan teknologi informasi dan komunikasi semakin berkembang pesat kebanyakan orang pun mulai mengikuti perkembangan zaman namun lupa akan identitas diri sebagai orang yang memiliki budaya. 

Hal ini terlihat dari kehidupan sehari-hari kita di tengah masyarakat, budaya lokal semakin hari akan terlupakan. Sebab kita mulai mengikuti kemajuan zaman, contoh saja saat berpakaian ke tempat-tempat Ibadah dan pesta sudah tidak bisa membedakan mana tempat Ibadah dan mana pesta. Ada pula ketika berpakaian ke rumah Suku, anak-anak muda terkadang malu menggunakan pakaian-pakaian adat dari daerah atau sukunya sendiri. Justru lebih banyak mengenakan pakaian yang seharusnya tidak pantas untuk dipakai di saat-saat seperti itu. 

Penulis mengambil contoh saat penulis pergi ke rumah Suku Suinkase dan Tintu'a yang merupakan rumah Suku dari penulis, yang berada di Kabupaten Malaka, Provinsi NTT.

"Ketika saya mengunjungi rumah Suku saya Suinkase dan Tintu'a, hal yang paling pertama muncul di pikiran saya adalah harus mengenakan pakaian tradisional, mengapa karena dengan demikian saya secara tidak langsung telah menghargai dan menghormati leluhur saya". 

Dari contoh diatas kelihatan sederhana namun maknanya sangat besar. Hal-hal kecil seperti itu merupakan salah satu contoh kita untuk terus melestarikan budaya lokal kita, karena merupakan identitas diri kita sendiri. Jangan menunggu hanya pada saat ritual-ritual adat baru kita mengenakan pakaian tradisional dan jangan pernah malu mengenakan pakaian adat dari daerah kita masing-masing, sebab itu adalah kekayaan kita yang tidak dimiliki oleh daerah atau negara lain. 

Kita boleh mengikuti kemajuan zaman atau dengan bahasa gaul saat ini adalah trend. Memang benar mengikuti tren, namun jangan sampai terlena dengan budaya-budaya luar dan lupa akan budaya sendiri.

Kita seharusnya berbangga karena saat ini, misalnya tenun ikat dari Nusa Tenggara Timur atau batik dari Pulau Jawa yang didesain sedemikian rupa dan ditampilkan saat fashion show di event-event besar baik itu tingkat nasional maupun internasional. Nah negara barat saja masih mau menggunakan pakaian tradisional kita, lalu kita sendiri yang merupakan pemilik tidak mengenakan, apakah malu,,,? ataukah takut,,,?. 

Seperti yang dituliskan oleh Drs. Sujarwa, M. Hum dalam bukunya Ilmu Sosial dan Budaya Dasar menuliskan bahwa, kebudayaan manusia bukanlah suatu hal yang timbul sekali atau bersifat sederhana. Setiap masyarakat mempunyai suatu kebudayaan yang berbeda dari kebudayaan masyarakat lain. 

Ayoh generasi muda atau yang akrab dipanggil generasi milenial mari kita terus lestarikan budaya lokal kita jangan sampai ada orang lain yang menjaga lalu kita menyesal dikemudian hari. (* red.